MENGELOLA WAKTU
Seorang eksekutif pada dasarnya bekerja dengan lima hal.
1. Tenaga kerja.
Seorang pemimpin selalu bekerja dengan orang lain.
2. Sumber-sumber.
Hal ini termasuk uang, peralatan, perlengkapan, dsb..
3. Informasi.
Dalam masyarakat yang sudah mengenal dunia maya sekarang ini,
informasi menjadi sesuatu yang sangat bernilai sebagai faktor
yang menemani seorang eksekutif dalam bekerja dan sebagai alat
yang ia pakai dalam kepemimpinannya.
4. Pengalaman.
Pengalaman membantu eksekutif membuat penilaian yang baik dan
sahih.
5. Waktu.
Orang-orang Kristen khususnya harus peduli dengan masalah waktu
karena Kitab Suci banyak membahasnya.
Waktu adalah bahan mentah kehidupan. Pengalaman sehari-hari memberi
kita kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi sesuatu yang lebih
baik daripada saat kita memulainya. Seperti Rasul Petrus mendorong
kita untuk "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan
Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Pet 3:18), ini terjadi
dalam satu rentang waktu. Kesuksesan atau kegagalan pribadi sangat
tergantung pada keefektifan kita dalam menggunakan waktu.
SEMUA ORANG MEMILIKI WAKTU YANG SAMA BANYAKNYA
Waktu itu sangat berharga dan tak bisa diulang. Jelas, waktu
merupakan hal pokok yang paling berharga yang kita miliki. Tak
seorang pun yang memiliki waktu lebih banyak atau lebih sedikit
daripada Anda dan saya. Masing-masing kita diberi waktu 1.440 menit
per hari dan 168 jam per minggu. Kita semua memiliki jumlah waktu
yang sama setiap hari seperti halnya orang lain. Tidak peduli apakah
dia seorang loper koran atau presiden, penulis atau ibu rumah
tangga, petani atau pun pendeta. Jam yang kita beli berdetik dengan
kecepatan yang sama. Bahkan Tuhan kita, Yesus Kristus, pun memiliki
jumlah jam yang sama dalam sehari, namun perhatikanlah kualitas
investasi waktu-Nya.
KITA SEMUA MEMBUANG-BUANG WAKTU
Akan tetapi, walaupun waktu sangat berharga dan sangat potensial,
tak satu hal pun yang kita buang percuma seperti kita membuang-buang
waktu.
Seperti kata Sir Walter Scott yang bijaksana dan pragmatis, "Apakah
engkau mencintai hidup? Jika iya, jangan membuang waktu dengan
percuma karena waktu adalah elemen pembentuk kehidupan."
Waktu adalah sesuatu yang multibidang, paradoks, sebuah fenomena
yang selalu berubah/tak pernah berubah. Waktu tidak memiliki
pengganti, tidak menanti siapa pun, dan meminta banyak korban
manusia.
Bagi kita semua, waktu tidak banyak, namun tuntutannya tinggi.
Sepertinya tidak pernah ada cukup waktu.
Ada suatu desakan yang melekat pada waktu. Tuhan kita Yesus Kristus
merasakannya ketika Dia berkata, "Aku harus mengerjakan pekerjaan
Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di
mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja" (Yoh. 9:4). Seorang
misionaris perintis, Robert Moffatt, merasakannya saat ia berkata,
"Kita akan mendapatkan keabadian untuk merayakan kemenangan kita,
tapi kita hanya memiliki sedikit waktu sebelum matahari terbenam
untuk memenangkannya."
Persediaan waktu kita amat terbatas. Satu-satunya variabel yang
tersedia bagi kita adalah penggunaan persediaan waktu kita yang
terbatas. Penting bagi kita untuk menganggarkan waktu yang akan kita
pakai sebijak kita menganggarkan uang yang akan kita keluarkan.
Masalah waktu menuntut adanya penganggaran. Ada waktu untuk berdoa
dan ada waktu untuk bermain; orang Kristen yang hemat seharusnya
tidak mengabaikan keduanya, namun memanfaatkan keduanya. Waktu bisa
menjadi alat kita; kita tidak perlu menjadi hambanya.
PENGELOLAAN WAKTU MERUPAKAN PENGELOLAAN DIRI
Peter Drucker menulis, "Pengelolaan waktu memerlukan ketekunan
dan disiplin diri, tapi tak ada investasi lain yang memberi lebih banyak
manfaat daripada pengelolaan waktu." Waktu tidak bisa dihemat
dengan memperbanyak alat. Waktu bisa dihemat oleh disiplin diri
yang tegas. Adalah manusia, bukan mesin, yang akan membuat perbedaan.
Waktu hanyalah suatu ukuran, sebuah dimensi. Jadi, waktu sendiri
jarang menjadi suatu masalah bagi kita. Saat kita memerhatikan
masalah waktu dan pengelolaannya, pada akhirnya semua mengarah pada
pengelolaan diri kita sendiri. Semua ilmu manajemen berkaitan dengan
bagaimana para eksekutif menggunakan waktunya.
Kita begitu sering mendengar, "Seandainya saja saya memahami
bagaimana mengatur waktu saya dengan lebih baik lagi." Kita jarang
mendengar, "Seandainya saja saya tahu bagaimana mengatur diri
sendiri dengan lebih baik." Untuk dapat menggunakan waktu dengan
lebih baik, kita harus belajar mengatur diri kita sendiri.
Banyak yang membahas mengenai penggunaan kekayaaan dan harta benda;
sedikit yang membahas mengenai penggunaan talenta; dan sangat
sedikit yang membahas mengenai penggunaan waktu. Bahkan, hal ini
mungkin kurang dipahami. Sebagai orang Kristen, kita bertanggung
jawab menggunakan waktu yang kita miliki. Dalam Kolose 4:5, Rasul
Paulus berkata, "Pergunakanlah waktumu sebaik-baiknya." Sekali lagi
di Efesus 5, Paulus berkata, "perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti
orang arif," (ayat 15).
Sikap mental kita dalam menggunakan waktu adalah hal yang paling
penting. Jika kita tidak ingin melakukan sesuatu, kita dapat mencari
ribuan alasan untuk tidak melakukannya. Mungkin terlalu jauh atau
terlalu panas atau terlalu dingin atau terlalu basah atau terlalu
kering. Namun, jika kita ingin melakukan sesuatu, tak ada satu pun
yang bisa menghentikan kita -- rintangan-rintangan dipinggirkan
seolah-olah mereka tidak pernah ada.
Kita semua bertanya, "Ke manakah perginya waktu?" Pertanyaan retoris
semacam ini jelas salah dalam mengutarakan masalahnya. Waktu tidak
meninggalkan tempatnya; waktu hanya berlalu dengan kecepatan yang
sama, sementara kita menyelesaikan lebih sedikit daripada yang
sebenarnya kita bisa. Akan menjadi lebih baik jika kita bertanya,
"Bagaimana bisa saya membuat rencana yang begitu buruk dan
meninggalkan begitu banyak pekerjaan dalam waktu yang sangat
singkat?"
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENGELOLAAN WAKTU
Ketika seorang reporter surat kabar menuliskan kisahnya, disadari
atau tidak, dia sudah menjawab salah satu dari enam pertanyaan di
kalimat utamanya -- siapa, apa, kapan, mengapa, di mana, dan
bagaimana. Dalam merencanakan kegiatan -- semua yang melibatkan
waktu -- kita mungkin dapat bertanya pada diri sendiri dengan
pertanyaan yang sama. Untuk menjawab siapa -- kita dapat mendelegasi
atau mencari orang lain yang mampu. Untuk menjawab apa -- kita bisa
menyederhanakannya. Untuk menjawab kapan -- kita bisa menundanya
atau memulainya. Untuk menjawab mengapa -- kita bisa menyingkirkan
semua tugas. Untuk menjawab di mana -- kita bisa menggabungkan
tempat dari urutannya. Untuk menjawab bagaimana -- kita bisa
meningkatkan sesuatu atau membuat jalan pintas.
MULAILAH DENGAN PENGELOLAAN WAKTU
Sudah diakui umum bahwa keberhasilan seorang pedagang adalah karena
faktor 90 persen pengelolaan waktu dan 10 persen pengaruh wilayah
pemasaran. Mengutip pernyataan dari Peter Drucker lagi, dia berkata,
"Para eksekutif yang benar-benar berhasil mengerjakan tugasnya tidak
memulai dengan pekerjaan mereka, mereka mulai dengan waktu mereka."
Dengan kata lain, mereka menganggarkaan waktu yang diperlukan untuk
memulai pekerjaan dan menjadi kreatif daripada hanya menanggapi
tekanan keadaan -- entah itu masalah korespondensi, telepon,
konferensi, dll..
Sudah diutarakan bahwa ada tiga pertanyaan ajaib tentang pengelolaan
waktu.
1. Apa yang sedang saya lakukan sekarang, yang tidak perlu orang
lain atau saya lakukan? Termasuk proses menyingkirkan
tugas-tugas.
2. Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini yang seharusnya
dilakukan oleh orang lain? Termasuk pendelegasian.
3. Apa yang sedang saya lakukan sekarang yang membuang-buang waktu
saya atau orang lain?
DARI MANA MEMULAINYA
Dari mana seseorang memulai mengatur waktu? Bagaimana caranya agar
kita bisa mengerjakan lebih banyak pekerjaan? Jika Anda
memikirkannya sebentar, jawabannya sudah jelas.
1. Tentukan apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup Anda. Tentukan
tujuan Anda.
2. Tetapkan prioritas untuk tujuan yang sudah Anda tentukan.
3. Cari tahu bagaimana caranya mencapai tujuan Anda. Inilah yang
disebut perencanaan.
4. Ikuti prosedur yang paling sedikit memakan waktu untuk mencapai
tujuan. Jadwal.
Yang diperlukan selanjutnya adalah tujuan, prioritas, dan
perencanaan.
PILIHAN PRIORITAS ADALAH KUNCINYA
Seorang pemimpin harus dengan sangat cermat menentukan prioritas.
Jika ambisi untuk menjadi unggul mengarakterisasi kita, maka harus
ada seleksi dan penolakan, dan kemudian berkonsentrasi pada hal-hal
yang terpenting. Berusaha keras untuk mencapai yang terbaik dalam
suatu pekerjaan, apa pun itu, bukan hanya tugas orang Kristen, namun
juga merupakan bentuk dasar kesaksian orang Kristen. Ini bisa
disebut dasar komunikasi nonverbal yang mendukung komunikasi verbal.
Beberapa orang yang sepertinya melakukan beberapa pekerjaan yang
luar biasa, mengerjakannya satu per satu, sesuai dengan skala
prioritas yang telah mereka tetapkan. Ini berarti mereka juga bisa
mengerjakan pekerjaan lebih cepat daripada mereka yang mencoba
melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Dengan kata lain, mereka
berkonsentrasi, mereka menentukan prioritasnya, dan tetap fokus pada
pekerjaan itu.
Ingat -- yang terpenting bukanlah seberapa banyak yang kita lakukan,
namun seberapa banyak yang kita selesaikan.
HAL-HAL DILAKUKAN BELAKANGAN JUGA PENTING!
Menentukan prioritas bukanlah hal yang terlalu sulit. Tugas yang
lebih sulit adalah menentukan hal-hal yang harus dilakukan
belakangan. Yakni, tugas apa yang tidak perlu dilakukan -- dan tetap
berpegang teguh pada keputusan. Apakah Anda memerhatikan bahwa orang
yang menunda pekerjaan sering kali meninggalkan pekerjaan itu?
SELALU ADA CUKUP WAKTU
Ingatlah, selalu ada cukup waktu untuk kita setiap hari untuk
menggenapi rencana Allah yang sempurna dan khusus dalam kehidupan
kita. Kita tidak pernah memerlukan lebih banyak waktu daripada yang
kita miliki untuk mengerjakan semua kehendak Allah. Kebenaran ini
sangat melegakan. Seperti yang dikatakan almarhum Adlai Stevenson,
"Yang terpenting bukanlah hari-hari dalam kehidupan Anda, namun
kehidupan dalam hari-hari Anda."
AMBIL WAKTU
Ambil waktu untuk bekerja -- inilah harga kesuksesan.
Ambil waktu untuk berpikir -- inilah sumber kekuatan.
Ambil waktu untuk bermain -- inilah rahasia awet muda.
Ambil waktu untuk membaca -- inilah sumber hikmat.
Ambil waktu untuk bersahabat -- inilah jalan kebahagiaan.
Ambil waktu untuk bermimpi -- inilah yang menarik keretamu ke
langit.
Ambil waktu untuk mencintai dan dicintai -- inilah hak istimewa
orang-orang yang ditebus.
Ambil waktu untuk melihat ke sekeliling -- waktunya terlalu
singkat untuk dihabiskan guna memikirkan diri sendiri.
Ambil waktu untuk tertawa -- inilah musik bagi jiwa.
Ambil waktu untuk Allah -- inilah satu-satunya investasi kehidupan
yang abadi. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Art of Management for Christian Leaders
Judul asli bab: Managing Your Time
Penulis: Ted W. Engstrom dan Edward R. Dayton
Penerbit: Word Books, Texas 1976
Halaman: 209 -- 215
==================================**==================================
KUTIPAN
Tidak pernah akan ada cukup waktu untuk melakukan segala sesuatu,
namun selalu ada cukup waktu
untuk melakukan hal-hal yang terpenting.
sumber: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/044/
0 komentar:
Posting Komentar