Time Management

Selasa, 20 November 2012 0 komentar


MENGELOLA WAKTU
 



 Seorang eksekutif pada dasarnya bekerja dengan lima hal.


  1. Tenaga kerja.
     Seorang pemimpin selalu bekerja dengan orang lain.

  2. Sumber-sumber.
     Hal ini termasuk uang, peralatan, perlengkapan, dsb..

  3. Informasi.
     Dalam masyarakat yang sudah mengenal dunia maya sekarang ini,
     informasi menjadi sesuatu yang sangat bernilai sebagai faktor
     yang menemani seorang eksekutif dalam bekerja dan sebagai alat
     yang ia pakai dalam kepemimpinannya.

  4. Pengalaman.
     Pengalaman membantu eksekutif membuat penilaian yang baik dan
     sahih.

  5. Waktu.
     Orang-orang Kristen khususnya harus peduli dengan masalah waktu
     karena Kitab Suci banyak membahasnya.

  Waktu adalah bahan mentah kehidupan. Pengalaman sehari-hari memberi 
  kita kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi sesuatu yang lebih 
  baik daripada saat kita memulainya. Seperti Rasul Petrus mendorong 
  kita untuk "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan 
  Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Pet 3:18), ini terjadi 
  dalam satu rentang waktu. Kesuksesan atau kegagalan pribadi sangat 
  tergantung pada keefektifan kita dalam menggunakan waktu.

  SEMUA ORANG MEMILIKI WAKTU YANG SAMA BANYAKNYA

  Waktu itu sangat berharga dan tak bisa diulang. Jelas, waktu 
  merupakan hal pokok yang paling berharga yang kita miliki. Tak 
  seorang pun yang memiliki waktu lebih banyak atau lebih sedikit 
  daripada Anda dan saya. Masing-masing kita diberi waktu 1.440 menit 
  per hari dan 168 jam per minggu. Kita semua memiliki jumlah waktu 
  yang sama setiap hari seperti halnya orang lain. Tidak peduli apakah 
  dia seorang loper koran atau presiden, penulis atau ibu rumah 
  tangga, petani atau pun pendeta. Jam yang kita beli berdetik dengan 
  kecepatan yang sama. Bahkan Tuhan kita, Yesus Kristus, pun memiliki 
  jumlah jam yang sama dalam sehari, namun perhatikanlah kualitas 
  investasi waktu-Nya.

  KITA SEMUA MEMBUANG-BUANG WAKTU

  Akan tetapi, walaupun waktu sangat berharga dan sangat potensial, 
  tak satu hal pun yang kita buang percuma seperti kita membuang-buang 
  waktu.

  Seperti kata Sir Walter Scott yang bijaksana dan pragmatis, "Apakah 
  engkau mencintai hidup? Jika iya, jangan membuang waktu dengan 
  percuma karena waktu adalah elemen pembentuk kehidupan."

  Waktu adalah sesuatu yang multibidang, paradoks, sebuah fenomena 
  yang selalu berubah/tak pernah berubah. Waktu tidak memiliki 
  pengganti, tidak menanti siapa pun, dan meminta banyak korban 
  manusia.

  Bagi kita semua, waktu tidak banyak, namun tuntutannya tinggi. 
  Sepertinya tidak pernah ada cukup waktu.

  Ada suatu desakan yang melekat pada waktu. Tuhan kita Yesus Kristus 
  merasakannya ketika Dia berkata, "Aku harus mengerjakan pekerjaan 
  Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di 
  mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja" (Yoh. 9:4). Seorang 
  misionaris perintis, Robert Moffatt, merasakannya saat ia berkata, 
  "Kita akan mendapatkan keabadian untuk merayakan kemenangan kita, 
  tapi kita hanya memiliki sedikit waktu sebelum matahari terbenam 
  untuk memenangkannya."

  Persediaan waktu kita amat terbatas. Satu-satunya variabel yang 
  tersedia bagi kita adalah penggunaan persediaan waktu kita yang 
  terbatas. Penting bagi kita untuk menganggarkan waktu yang akan kita 
  pakai sebijak kita menganggarkan uang yang akan kita keluarkan. 
  Masalah waktu menuntut adanya penganggaran. Ada waktu untuk berdoa 
  dan ada waktu untuk bermain; orang Kristen yang hemat seharusnya 
  tidak mengabaikan keduanya, namun memanfaatkan keduanya. Waktu bisa 
  menjadi alat kita; kita tidak perlu menjadi hambanya.

  PENGELOLAAN WAKTU MERUPAKAN PENGELOLAAN DIRI

 


 Peter Drucker menulis, "Pengelolaan waktu memerlukan ketekunan
 dan disiplin diri, tapi tak ada investasi lain yang memberi lebih banyak 
 manfaat daripada pengelolaan waktu." Waktu tidak bisa dihemat 
dengan memperbanyak alat. Waktu bisa dihemat oleh disiplin diri
 yang tegas. Adalah manusia, bukan mesin, yang akan membuat perbedaan.

  Waktu hanyalah suatu ukuran, sebuah dimensi. Jadi, waktu sendiri 
  jarang menjadi suatu masalah bagi kita. Saat kita memerhatikan 
  masalah waktu dan pengelolaannya, pada akhirnya semua mengarah pada 
  pengelolaan diri kita sendiri. Semua ilmu manajemen berkaitan dengan 
  bagaimana para eksekutif menggunakan waktunya.

  Kita begitu sering mendengar, "Seandainya saja saya memahami 
  bagaimana mengatur waktu saya dengan lebih baik lagi." Kita jarang 
  mendengar, "Seandainya saja saya tahu bagaimana mengatur diri 
  sendiri dengan lebih baik." Untuk dapat menggunakan waktu dengan 
  lebih baik, kita harus belajar mengatur diri kita sendiri.

  Banyak yang membahas mengenai penggunaan kekayaaan dan harta benda; 
  sedikit yang membahas mengenai penggunaan talenta; dan sangat 
  sedikit yang membahas mengenai penggunaan waktu. Bahkan, hal ini 
  mungkin kurang dipahami. Sebagai orang Kristen, kita bertanggung 
  jawab menggunakan waktu yang kita miliki. Dalam Kolose 4:5, Rasul 
  Paulus berkata, "Pergunakanlah waktumu sebaik-baiknya." Sekali lagi 
  di Efesus 5, Paulus berkata, "perhatikanlah dengan saksama, 
  bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti 
  orang arif," (ayat 15).

  Sikap mental kita dalam menggunakan waktu adalah hal yang paling 
  penting. Jika kita tidak ingin melakukan sesuatu, kita dapat mencari 
  ribuan alasan untuk tidak melakukannya. Mungkin terlalu jauh atau 
  terlalu panas atau terlalu dingin atau terlalu basah atau terlalu 
  kering. Namun, jika kita ingin melakukan sesuatu, tak ada satu pun 
  yang bisa menghentikan kita -- rintangan-rintangan dipinggirkan 
  seolah-olah mereka tidak pernah ada.

  Kita semua bertanya, "Ke manakah perginya waktu?" Pertanyaan retoris 
  semacam ini jelas salah dalam mengutarakan masalahnya. Waktu tidak 
  meninggalkan tempatnya; waktu hanya berlalu dengan kecepatan yang 
  sama, sementara kita menyelesaikan lebih sedikit daripada yang 
  sebenarnya kita bisa. Akan menjadi lebih baik jika kita bertanya, 
  "Bagaimana bisa saya membuat rencana yang begitu buruk dan 
  meninggalkan begitu banyak pekerjaan dalam waktu yang sangat 
  singkat?"

  PERTANYAAN-PERTANYAAN PENGELOLAAN WAKTU

  Ketika seorang reporter surat kabar menuliskan kisahnya, disadari 
  atau tidak, dia sudah menjawab salah satu dari enam pertanyaan di 
  kalimat utamanya -- siapa, apa, kapan, mengapa, di mana, dan 
  bagaimana. Dalam merencanakan kegiatan -- semua yang melibatkan 
  waktu -- kita mungkin dapat bertanya pada diri sendiri dengan 
  pertanyaan yang sama. Untuk menjawab siapa -- kita dapat mendelegasi 
  atau mencari orang lain yang mampu. Untuk menjawab apa -- kita bisa 
  menyederhanakannya. Untuk menjawab kapan -- kita bisa menundanya 
  atau memulainya. Untuk menjawab mengapa -- kita bisa menyingkirkan 
  semua tugas. Untuk menjawab di mana -- kita bisa menggabungkan 
  tempat dari urutannya. Untuk menjawab bagaimana -- kita bisa 
  meningkatkan sesuatu atau membuat jalan pintas.

  MULAILAH DENGAN PENGELOLAAN WAKTU

  Sudah diakui umum bahwa keberhasilan seorang pedagang adalah karena 
  faktor 90 persen pengelolaan waktu dan 10 persen pengaruh wilayah 
  pemasaran. Mengutip pernyataan dari Peter Drucker lagi, dia berkata, 
  "Para eksekutif yang benar-benar berhasil mengerjakan tugasnya tidak 
  memulai dengan pekerjaan mereka, mereka mulai dengan waktu mereka." 
  Dengan kata lain, mereka menganggarkaan waktu yang diperlukan untuk 
  memulai pekerjaan dan menjadi kreatif daripada hanya menanggapi 
  tekanan keadaan -- entah itu masalah korespondensi, telepon, 
  konferensi, dll..

  Sudah diutarakan bahwa ada tiga pertanyaan ajaib tentang pengelolaan 
  waktu.

    1. Apa yang sedang saya lakukan sekarang, yang tidak perlu orang
       lain atau saya lakukan? Termasuk proses menyingkirkan
       tugas-tugas.
    2. Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini yang seharusnya
       dilakukan oleh orang lain? Termasuk pendelegasian.
    3. Apa yang sedang saya lakukan sekarang yang membuang-buang waktu
       saya atau orang lain?

  DARI MANA MEMULAINYA

  Dari mana seseorang memulai mengatur waktu? Bagaimana caranya agar 
  kita bisa mengerjakan lebih banyak pekerjaan? Jika Anda 
  memikirkannya sebentar, jawabannya sudah jelas.

    1. Tentukan apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup Anda. Tentukan
       tujuan Anda.
    2. Tetapkan prioritas untuk tujuan yang sudah Anda tentukan.
    3. Cari tahu bagaimana caranya mencapai tujuan Anda. Inilah yang
       disebut perencanaan.
    4. Ikuti prosedur yang paling sedikit memakan waktu untuk mencapai
       tujuan. Jadwal.

  Yang diperlukan selanjutnya adalah tujuan, prioritas, dan 
  perencanaan.

  PILIHAN PRIORITAS ADALAH KUNCINYA

  Seorang pemimpin harus dengan sangat cermat menentukan prioritas. 
  Jika ambisi untuk menjadi unggul mengarakterisasi kita, maka harus 
  ada seleksi dan penolakan, dan kemudian berkonsentrasi pada hal-hal 
  yang terpenting. Berusaha keras untuk mencapai yang terbaik dalam 
  suatu pekerjaan, apa pun itu, bukan hanya tugas orang Kristen, namun 
  juga merupakan bentuk dasar kesaksian orang Kristen. Ini bisa 
  disebut dasar komunikasi nonverbal yang mendukung komunikasi verbal.

  Beberapa orang yang sepertinya melakukan beberapa pekerjaan yang 
  luar biasa, mengerjakannya satu per satu, sesuai dengan skala 
  prioritas yang telah mereka tetapkan. Ini berarti mereka juga bisa 
  mengerjakan pekerjaan lebih cepat daripada mereka yang mencoba 
  melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Dengan kata lain, mereka 
  berkonsentrasi, mereka menentukan prioritasnya, dan tetap fokus pada 
  pekerjaan itu.

  Ingat -- yang terpenting bukanlah seberapa banyak yang kita lakukan, 
  namun seberapa banyak yang kita selesaikan.

  HAL-HAL DILAKUKAN BELAKANGAN JUGA PENTING!

  Menentukan prioritas bukanlah hal yang terlalu sulit. Tugas yang 
  lebih sulit adalah menentukan hal-hal yang harus dilakukan 
  belakangan. Yakni, tugas apa yang tidak perlu dilakukan -- dan tetap 
  berpegang teguh pada keputusan. Apakah Anda memerhatikan bahwa orang 
  yang menunda pekerjaan sering kali meninggalkan pekerjaan itu?

  SELALU ADA CUKUP WAKTU

  Ingatlah, selalu ada cukup waktu untuk kita setiap hari untuk 
  menggenapi rencana Allah yang sempurna dan khusus dalam kehidupan 
  kita. Kita tidak pernah memerlukan lebih banyak waktu daripada yang 
  kita miliki untuk mengerjakan semua kehendak Allah. Kebenaran ini 
  sangat melegakan. Seperti yang dikatakan almarhum Adlai Stevenson, 
  "Yang terpenting bukanlah hari-hari dalam kehidupan Anda, namun 
  kehidupan dalam hari-hari Anda."

  AMBIL WAKTU

    Ambil waktu untuk bekerja -- inilah harga kesuksesan.
    Ambil waktu untuk berpikir -- inilah sumber kekuatan.
    Ambil waktu untuk bermain -- inilah rahasia awet muda.
    Ambil waktu untuk membaca -- inilah sumber hikmat.
    Ambil waktu untuk bersahabat -- inilah jalan kebahagiaan.
    Ambil waktu untuk bermimpi -- inilah yang menarik keretamu ke
    langit.
    Ambil waktu untuk mencintai dan dicintai -- inilah hak istimewa
    orang-orang yang ditebus.
    Ambil waktu untuk melihat ke sekeliling -- waktunya terlalu
    singkat untuk dihabiskan guna memikirkan diri sendiri.
    Ambil waktu untuk tertawa -- inilah musik bagi jiwa.
    Ambil waktu untuk Allah -- inilah satu-satunya investasi kehidupan
    yang abadi. (t/Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: The Art of Management for Christian Leaders
  Judul asli bab: Managing Your Time
  Penulis: Ted W. Engstrom dan Edward R. Dayton
  Penerbit: Word Books, Texas 1976
  Halaman: 209 -- 215

==================================**==================================
KUTIPAN

  Tidak pernah akan ada cukup waktu untuk melakukan segala sesuatu,
                    namun selalu ada cukup waktu
              untuk melakukan hal-hal yang terpenting.       




sumber: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/044/

0 komentar: