Resume Khotbah Bang Jonas (21 Maret 2014)

Minggu, 13 April 2014 0 komentar

Tema : Melayani
Ayat : Yohanes 13 : 1-20
oleh Riska Dewi Barus

Pembacaan alkitab, diikuti pemaparan tindak Tuhan  Yesus dalam hal membasuh kaki murid-muridnya.

“Karena tidak ada satu orangpun yang memiliki inisiatif untuk merendahkan diri untuk menjadi hamba, maka Tuhan sendiri yang mengambil inisiatif. Inilah yang dinamakan Leader. Seorang pembicara kelas dunia memberi definisi yang sangat akurat menurut saya, John C Maxwell, di dalam buku kepemimpinan yang dia buat, mengatakan : Who is the leader? The leader is someone who knosw the way, shows the way and goes the way . Know the way, artinya seorang pemimpin harus memiliki visi/tujuan yang jelas. Yang kedua, menunjukkan jalannya, bukan hanya teori, tapi menghidupinya. Jadilah pemimpin yang memiliki sifat menghamba, sama seperti Tuhan Yesus. Bukanlah menjadi hamba, melainkan merendahkan diriNya seperti hamba, yang sering disebut Servent Leadership, kepemimpinan menghamba. Persaamaan menghamba, itu yang Kristus teladankan kepada kita. Dilihat dari ayat 13 samapi 15, karena Tuhan Yesus yang adalah Guru dan Tuhan, yang terlebih dulu meneladani sifat menghamba, yakni membasuh kaki murid-muridNya, maka kamu sekalianpun haruslah melakukan hal yang demikian, saling membasuh kaki. Kata saling disini mengacu pada azas resiprokal.  Dalam melayani tentulah kita harus meneladai Tuhan Yesus (ayat 15). Pekerjaan Tuhan Yesus yang kita teladani bukan lah show up, tetapi show how to be a leader. Dalam Markus 10 : 45, dikatakan bahwa Anak Manusia datang memiliki tujuan utama untuk melayani, memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. Goal Yesus jelas, not to be popular, not to be served but to serve each other. Jadi, seorang leader harus tahu motif dan tujuan utamanya. Belajar memimpin dapat dimulai dari memimpin diri sendiri, tujuan hidup, pertimbangan pilihan, sampai keluarga. Dengan motif yang benar untuk melayani, maka Tuhan Yesus pun mempunyai cara pandang(pemikiran) hidup yang benar dan tindakan yang benar. Filipi 2:5-7 berkata bahwa Yesus mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, karena Dia menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Bos bukan terletak ditempat “suruh-menyuruh”nya, bos bukan terletak ketika dia bisa perintahkan sesuatu, bos terletak ketika dia sedang bayar. Karena bos itu adalah saat memberi, bukan meminta. Selanjutnya adalah memiliki komitmen yang benar. Dikatakan dalam Filipi 2:8, bahwa dalam keasaanNya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat hingga mati. Jangan menjadi hamba Tuhan yang sepeti “Hamba tuhan”, melainkan “hamba Tuhan”. Konsep pelayanan yang saya pegang dari dulu.Pelayanan kita akan jadi benar, kalau kita tahu siapa yang kita layani (Who is our Master?). Yang paling rendah adalah orang yang menganggap dirinya sendiri sebagai master itu, tuan yang memiliki pelayanan itu. Orang seperti ini sering sekali mengalami kekecewaan dalam pelayanannya. Yang kedua, menganggap orang lain sebagai objek pelayanan kita. Sering pelayan seperti ini mengharapkan pujian dan penghargaan dari jemaat/orang yang dilayani. Tuan yang ketiga adalah pelayanan itu sendiri. Contohnya, jika semua program jalan (Natal atau Paskah) berarti sudah berhasil melayani.Tetapi, yang seharusnya menjadi pusat pelayanan kita adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Kalau benar, Yesus menjadi utama pelayanan kita, meski jemaat yang dilayanai ga puas, organisasi ga memuaskan, tapi kita tidak menjadi patah semagat karena Tuhan akan melihat dari Surga dan berkata “Well done, my son”. Kalau kalian nyaman dengan dunia, jangan-jagan kalian memang sudah berubah menjadi dunia. Jadi kesimpulannya, motivasi yang benar, membuat cara pandang yang benar, membuat tindakan yang benar akhirnya komitmen kitapun tak berkesudahan. (2 Korintus 4:1&2 : menerima pelayanan karena kemurahan Allah.)

0 komentar: