Tema : Melayani
Ayat : Yohanes 13 :
1-20
oleh Riska Dewi Barus
Pembacaan alkitab, diikuti pemaparan
tindak Tuhan Yesus dalam hal membasuh
kaki murid-muridnya.
“Karena tidak ada satu orangpun yang
memiliki inisiatif untuk merendahkan diri untuk menjadi hamba, maka Tuhan
sendiri yang mengambil inisiatif. Inilah yang dinamakan Leader. Seorang pembicara kelas dunia memberi definisi yang sangat
akurat menurut saya, John C Maxwell, di dalam buku kepemimpinan yang dia buat,
mengatakan : Who is the leader? The
leader is someone who knosw the way, shows the way and goes the way . Know the
way, artinya seorang pemimpin harus memiliki visi/tujuan yang jelas. Yang
kedua, menunjukkan jalannya, bukan hanya teori, tapi menghidupinya. Jadilah
pemimpin yang memiliki sifat menghamba, sama seperti Tuhan Yesus. Bukanlah
menjadi hamba, melainkan merendahkan diriNya seperti hamba, yang sering disebut
Servent Leadership, kepemimpinan
menghamba. Persaamaan menghamba, itu yang Kristus teladankan kepada kita.
Dilihat dari ayat 13 samapi 15, karena Tuhan Yesus yang adalah Guru dan Tuhan,
yang terlebih dulu meneladani sifat menghamba, yakni membasuh kaki
murid-muridNya, maka kamu sekalianpun haruslah melakukan hal yang demikian,
saling membasuh kaki. Kata saling disini mengacu pada azas resiprokal. Dalam melayani tentulah kita harus meneladai
Tuhan Yesus (ayat 15). Pekerjaan Tuhan Yesus yang kita teladani bukan lah show up, tetapi show how to be a leader. Dalam Markus 10 : 45, dikatakan bahwa Anak
Manusia datang memiliki tujuan utama untuk melayani, memberikan nyawaNya
menjadi tebusan bagi banyak orang. Goal
Yesus jelas, not to be popular, not to be served but to serve each other.
Jadi, seorang leader harus tahu motif
dan tujuan utamanya. Belajar memimpin dapat dimulai dari memimpin diri sendiri,
tujuan hidup, pertimbangan pilihan, sampai keluarga. Dengan motif yang benar untuk
melayani, maka Tuhan Yesus pun mempunyai cara pandang(pemikiran) hidup
yang benar dan tindakan yang benar. Filipi 2:5-7 berkata bahwa Yesus
mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, karena Dia
menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan. Bos bukan terletak ditempat “suruh-menyuruh”nya, bos bukan
terletak ketika dia bisa perintahkan sesuatu, bos terletak ketika dia sedang
bayar. Karena bos itu adalah saat memberi, bukan meminta. Selanjutnya adalah
memiliki komitmen yang benar. Dikatakan dalam Filipi 2:8, bahwa dalam
keasaanNya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat hingga mati. Jangan
menjadi hamba Tuhan yang sepeti “Hamba tuhan”, melainkan “hamba Tuhan”. Konsep
pelayanan yang saya pegang dari dulu.Pelayanan kita akan jadi benar, kalau kita
tahu siapa yang kita layani (Who is our
Master?). Yang paling rendah adalah orang yang menganggap dirinya sendiri
sebagai master itu, tuan yang memiliki pelayanan itu. Orang seperti ini sering
sekali mengalami kekecewaan dalam pelayanannya. Yang kedua, menganggap orang
lain sebagai objek pelayanan kita. Sering pelayan seperti ini mengharapkan
pujian dan penghargaan dari jemaat/orang yang dilayani. Tuan yang ketiga adalah
pelayanan itu sendiri. Contohnya, jika semua program jalan (Natal atau Paskah)
berarti sudah berhasil melayani.Tetapi, yang seharusnya menjadi pusat pelayanan
kita adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Kalau benar, Yesus menjadi utama pelayanan
kita, meski jemaat yang dilayanai ga puas, organisasi ga memuaskan, tapi kita
tidak menjadi patah semagat karena Tuhan akan melihat dari Surga dan berkata “Well done, my son”. Kalau kalian nyaman
dengan dunia, jangan-jagan kalian memang sudah berubah menjadi dunia. Jadi
kesimpulannya, motivasi yang benar, membuat cara pandang yang benar, membuat
tindakan yang benar akhirnya komitmen kitapun tak berkesudahan. (2 Korintus
4:1&2 : menerima pelayanan karena kemurahan Allah.)
0 komentar:
Posting Komentar